"Pelajaran terbesar yang saya dapat dari musik ini adalah filosofi do
it yourself atau kemandirian dan selalu berkarya. Salah besar jika orang selalu
mengidentikkan kami dengan sesuatu yang negatif. Saya buktinya. Saya seorang
guru, seorang ibu, dan seorang pencinta musik hardcore,
ASRI YUNIAR, VOKALIS BAND UNDERGROUND 'GUGAT' DAN SEORANG
GURU TK
Jika kita bertemu dengan bu guru TK yang satu ini, kita pasti akan berpikir
bahwa beliau hanyalah seorang bu guru yang biasa aja. Dialah Asri Yuniar
(Achie) vokalis band metal underground GUGAT yang bergenre hardcore.
Pukul 7.30 WIB. Namun, suasana di Jl Karanganyar No. 37 Kota Bandung sudah
ramai oleh suara teriakan anak kecil yang sesekali ditingkahi suara beberapa
wanita dewasa. Riuh rendah itu baru terhenti ketika seorang wanita berpakaian
setelan jas kuning dengan jilbab hitam mengangkat tamborin lalu
menggoyangkannya kuat-kuat. Seketika itu juga, perhatian puluhan anak kecil
berpakaian ala pelaut putih-biru langsung tertuju kepada wanita bertubuh mungil
itu. Wanita itu bersenandung, "Deng deng deng... dangukeun bel tos disada,
lebet ka kelas sing ati-ati, sareng bu guru..." (deng deng deng...
dengarkan bel sudah berbunyi, masuk ke kelas dengan hati-hati, bersama ibu
guru...). Bocah-bocah itu berbaris rapi sambil menirukan ucapan wanita tadi.
Selesai berbaris dan bernyanyi, anak-anak secara tertib masuk ke dalam kelas.
Namun, Avei (4), memilih berdiri di samping sang guru, menunggu semua temannya
masuk kelas. Ketika wanita itu hendak menuntunnya masuk kelas Avei malah
menarik tangan sang guru. Lalu ia berbisik, "Bu Gulu, kalau udah besal,
Avei mau jadi penyanyi lok kayak Bu Gulu".
Sang guru yang diidolakan murid-murid TK Kuncup Harapan itu adalah Asri Yuniar
(30). Sekilas, dia memang seperti kebanyakan guru TK lainnya, manis, ramah,
sabar, dan baik hati. Penampilannya pun bersahaja. Siapa sangka, pada waktu
luang setelah bekerja sebagai guru TK. Achie -demikian Asri akrab disapa- juga
berperan sebagai vokalis band hardcore Gugat. Ia fasih menggunakan teknik vokal
scream setiap kali manggung. Guru TK dan vokalis band hardcore bagaikan dua
dunia yang bertolak belakang.
Sebagai putri bungsu dari dua bersaudara pasangan Yono Hapriono dan mendiang
Hermin. Achie dibesarkan dengan nilai-nilai tanggungjawab dan kemandirian yang
kuat. Pada usia muda, alumnus Fakultas Sastra Unpad tahun 2005 itu menyaksikan
perjuangan sang ayah untuk mendapatkan haknya ketika diberhentikan dari PT
Dirgantara Indonesia (PTDI). Dia juga melihat peran sang ibu sangat besar,
terutama dalam menjaga keyakinan akan masa depan keluarganya, Oleh karena itu,
tidak heran jika Achie tumbuh menjadi sosok mandiri yang total berjuang untuk
mewujudkan keyakinannya.
Saat duduk di bangku SMP. sekitar 1997, ketika kebanyakan remaja menyukai
boyband atau penyanyi solo bertampang cantik atau tampan, Achie justru merasa
jenuh. Warga Kompleks Neglasari, Ujungberung, Bandung itu seperti merindukan
musik yang orisinal dan bersifat lebih pribadi. Seorang teman kemudian
mengajaknya ke pertunjukan musik beraliran grunge di GOR Saparua. Kota Bandung.
Achie pun jatuh cinta. Menginjak SMA, Achie yang pandai bermain bass
memberanikan diri membentuk band "Capability" yang semua personelnya
perempuan. Karena ngefans berat dengan Kurt Cobain, vokalis band grunge Nirvana.
"Capability" hampir selalu menyanyikan lagu-Iagu milik band
"Hole" yang vokalisnya merupakan pacar mendiang Kurt Cobain, Courtney
Love.
Namun. band SMA itu tidak bertahan lama karena tidak lama kemudian Achie
bergabung dengan band "Dining Out." Band itu mendapatkan banyak
respons positif dari kalangan muda Kota Bandung. Tak lama setelah membentuk
band. Achie dkk pun mendapat banyak undangan untuk tampil pada berbagai pentas
seni SMA.
"Saya kan enggak boleh pulang di atas jam enam sore. Jadl, kalau manggung,
selalu minta sebelum maghrib, Padahal, kan band bintang tamu itu biasanya main
paling malam. Sampai-sampai band saya itu disebut band 'anak mami'"
tuturnya, seraya tertawa.
Kiprah Achie di dunia musik beraliran keras (yang lazim disebut banyak orang
sebagai musik bawah tanah) berlanjut hingga masa kuliah. Merasa tidak puas
dengan band "Dining Out". pada tahun 2003 Achie kemudian membentuk
band baru bernama "Gugat" yang beraliran hardcore. Di band inilah
Achie didaulat sebagai vokalis, dengan satu teknik vokal, scream.
Agak sulit membayangkan bagaimana mungkin mulut semungil itu bisa mengeluarkan
suara-suara keras nan "menyeramkan" ala para vokalis hardcore pada
umumnya. Ketika berbincang secara personal, Achie terbilang tidak banyak omong
dan cenderung malu-malu. Namun, begitu masuk ke studio dan menggenggam
mikrofon. Teriakan Achie yang keras dan memekakkan telinga seperti keluar
begitu saja dari mulutnya, mengimbangi pukulan drum dan petikan gitar bertempo
sangat cepat.
Setelah merasa nyaman bersama "Gugat", Achie kemudian memutuskan
untuk mengenakan jilbab. Istri Hari Gartika itu mengaku sempat ada kekhawatiran
akan munculnya penolakan dari komunitas musik underground terhadap keputusannya
itu. Namun, kekhawatirannya itu tidak terbukti. Rupanya, komunitas underground
memang menepati filosofi mereka untuk menghargai keanekaragaman.
Meskipun
demikian, setelah berjilbab dan kini menjadi seorang ibu, Achie mengakui bahwa
banyak perubahan dalam penampilannya, terutama saat manggung. Dulu, Achie akan
tampil total menggunakan berbagai aksesori untuk mendukung konsep band dan
lagu-lagu yang dibawakannya. Ia memakai spike di kedua lengan (sebagai simbol
perjuangan) dan rantai di celana (sebagai simbol kebebasan). Selain itu, ia pun
akan membubuhkan tindikan di telinga, hidung, dan lidah.
Sekarang, kostum manggung Achie lebih sederhana, hanya paduan celana jins dan
sweater atau kaus oblong. "Yang penting kan kualitas lagu sama
musiknya," ucapnya.
Saat ini, terdapat sekitar tiga ribu fans berat Gugat yang tersebar di seluruh
Indonesia. Band yang diawaki Achie bersama empat personel lainnya, yakni Iman
(drum), Okid (vokal), Oce (gitar), dan Bayu (bas). Achie dan Okid berperan
sebagai penulis lirik lagu yang terinspirasi dari pengalaman pribadi mereka.
"Saya merasa nyaman dengan musik underground karena bebas berekspresi.
Musik ini juga banyak mengeksplorasi sisi kelam kehidupan yang jarang tersentuh
oleh aliran musik lain," katanya.
Dengan perasaan itu, rasanya mustahil bagi Achie untuk meninggalkan dunia musik
ini. Sikapnya yang konsisten dengan menjaga profesionalitas -antara pekerjaan
sebagai guru TK dan sebagai vokalis band hardcore- berhasil menuai hormat dari
orang-orang di sekelilingnya. Sejumlah orang tua murid di TK tempatnya mengajar
malah sampai menggelar nonton bareng aksi panggung "Gugat" pada
beberapa kesempatan. Beberapa murid Achie bahkan sangat mengaguminya sehingga
mereka bercita-cita menjadi penyanyi rock saat dewasa kelak.